Rabu, 03 Maret 2010

AKU DAN MEREKA YANG TERBUANG


Aku hanyalah aku yang berdiri tegak ditanah pengasingan tempatku lahir..
dunia yang penuh dengan tanda Tanya..
mencoba mencari jawaban akan aku yang sesungguhnya, kenapa aku berada di dunia ini?
dunia yang penuh dengan orang angkuh dan gila akan kekuasaan..!
jawaban klasik pun muncul dari benakku, haruskah aku menjadi seperti mereka? mengikuti tingkah lakunya, dan teramat sangat bangga Dengan perut buncit beserta pangkat “mainan” yang telah menjadi pengganti dari muka polosnya itu, atau aku harus menjadi seperti mereka yang terbuang ditanah tempat mereka tumbuh..? semua hal itu yang membuat aku terus mencoba mencari jalan menuju keabadian atas kepunahan yang sebentar lagi akan terjadi ditempat aku berpijak ini.

Perlahan awan putih itu tertutup oleh bayangan hitam yg tidak jelas bentuknya ..
semua terlihat pekat dan gelap..
tak ada warna..
tak ada cahaya,.
tak kurasakan lagi hangatnya sang kaisar cahaya yang biasanya menyentuh kulitku dan masuk kedalam lubang pori-poriku, obrolan merdu segerombolan burung menyambut pagi pun tak kudengar hari ini..
duniaku yang dulu indah kini telah berubah menjadi sebentuk tanah pecah-pecah nan gersang, mungkin lebih tepatnya lagi jika kusebut “kuburan massal”..!!
ya..! kuburan massal para penghuni asli negeri yang telah terbuang.
tak kulihat lagi kini rumput hijau damai menghiasi kulit bumi pertiwiku.
Penindasan kini telah menjadi sebuah “trend” ditanah tempat aku berpijak ini, suara memilukan nan menyayat hati terus terdengar dari seluruh pelosok duniaku, tapi sang penguasa angkuh hanya tertawa sambil menenggakkan segelas anggur melalui mulutnya, melawati kerongkongannya, lalu singgah dan mengendap diperutnya.
perisai kesucian itu telah hancur, tak lagi kuat menahan keserakahan, kesombongan yang penguasa ciptakan sendiri dengan tangan besi dan keangkuhan pemikirannya.
semua cerita indah yang dulu pernah terukir jelas, kini hilang, sirna, dan tak berbekas..
tak lagi tersenyum mereka yang terbuang kini, raut wajah mereka begitu lusuh, kering dan keriput karena beban yang terlalu berat yang harus mereka alami, rasakan, dan mereka tanggung, badan mereka pun tak lagi tegap, gagah dan berwibawa,
suara mereka begitu kecil, seperti berbisik tak lagi lantang, angin yang berhembus dari timur, barat, selatan maupun utara tak lagi sejuk melainkan panas..panas yang bercampur dengan kesedihan diiringi keputus’asaan dan kesengsaraan.
Semua penghuni alam tau jawabku..!!
tapi kenapa mereka diam..??!
apakah mereka hanya sekedar tau, atau merekapun takut kepada penguasa duniaku?
ataukah mereka sedang menunggu..? merencanakan dan membuat sesuatu untuk perubahan pada duniaku?
Para pejuang, pendiri dan pemimpin asli duniaku hanya dapat melihat, tak bisa menolong, tak dapat mencegah, tak mungkin ia kembali, mereka hanya bisa menangis, mereka menangis terharu ditiap sudut tempat mereka kini tinggal “negeri diatas awan”.
dimana hati para penguasa tanyaku pada kaisar langit..?
apakah mereka tidak tau,,atau sengaja tidak tau..?
apakah mereka tidak mendengar..atau mereka memang benar-benar tuli..?
ataukah mereka tak melihat..? atau memang mereka benar-benar telah buta akan kemewahan yang telah mereka punya?
Sampai kapan semua ini berakhir?
harus berapa nyawa tak berdosa lagi hilang?.
pertanyaan yang tentunya bukan hanya aku saja yang punya, melainkan mereka semua, mereka yang tertindas, mereka yang teraniaya, mereka yang terbuang.
Senja di pertengahan tahun ini terasa hampa bagiku, bulan tak Nampak, cahaya surga telah meredup, mataharipun telah tertidur lelap dalam buaian sang waktu. ganasnya malam mulai menunjukkan wujud yang sesungguhnya ketika aku sedang berada dalam sebuah ilustrasi angan tingkat tinggi, maha karya sang kaisar langit yang kusebut “mimpi“, mimpi yang mampu merubah jalan dunia sadarku ketika cinta dan harapan tidak mempunyai lagi kekuatan,
Dalam mimpi itu aku berdoa kepada kaisar langit nan agung ;
Wahai pencipta alam semesta,,
pencipta zat murni nan suci..
berikan kami keajaiban dari kerajaan langitmu,
keajaiban yang penuh dengan cinta dari taman surgamu,
cinta yang bisa membuat kami mencium wangi tanah kebebasan kami,
tanah tempat kami lahir dan tumbuh,
dan meraih kembali cita-cita murni dan tulus kami,
cita-cita kaum yang terbuang dari singgasana mewah karya agungmu wahai penguasa langit ke tujuh..
cita-cita kami adalah “ KEDAMAIAN ”.

Iqbal Taufiqurrahman

2 komentar:

  1. ini kan buatan saya .!!

    BalasHapus
  2. yaa khan penulisnya ada Igbal Taufiqurrqhman ana ngunggah hanya buat koleksi ana ngambil dari blognya iqbal

    BalasHapus