Selasa, 28 Agustus 2012

Atasi Batuk dengan Cara Alami




REPUBLIKA.CO.ID, Dalam musim hujan seperti saat ini, batuk adalah salah satu penyakit yang sering menjangkiti orang. Ada kalanya batuk sangat sulit diatasi, meski sudah berkali-kali ke dokter dan mengkonsumsi antibiotik. Berikut ini beberapa tips mengatasi batuk dengan cara tradisional. Murah dan mudah dibuat.

Batuk dengan demam

1. Bahan:
-Jeruk nipis satu buah
-Bawang putih satu siung
-Madu murni dua sendok

Cara membuat:

-Jeruk nipis diambil airnya, dicampur dengan bawang putih yang telah ditumbuk.
-Berilah air sebanyak dua sendok makan lalu disaring di dalam cangkir.
-Tuangi madu dan minum sekaligus. Minumlah di waktu siang hari kurang lebih jam 10:00 dan malam hari menjelang tidur malam.

2. Bahan:

-Daun pare 10 lembar
-Jahe 10 gram
-Madu murni dua sendok makan

Cara membuat:

-Daun pare digiling sampai halus.
-Jahe ditumbuk lalu diberi air mendidih sebanyak satu helas.
-Masukkan duan pare lalu disaring ditaruh di cangkir.
-Beri madu.
-Minumlah tiga kali sehari.



Batuk tanpa demam

Bahan:

-Jeruk nipis satu buah -
Kecap atau madu secukupnya

Cara membuat:

-Jeruk nipis dipotong dan diperas airnya, masukkan ke dalam gelas.
-Tambahkan kecap atau madu yang sama banyaknya dengan air jeruk nipis.
-Aduk sampai rata.
-Untuk dewasa sehari minum tiga kali, tiap kali minum satu sendok makan.
-Untuk anak-anak sehari minum tiga kali, tiap kali minum satu sendok teh.


Redaktur: Endah Hapsari
Reporter: neni ridarineni

Ada Apa di Malam Pertama?




Setiap pasangan pengantin baru tentu tak sabar ingin segera merasakan manisnya malam pertama. Saat itulah semua gairah yang Anda pendam dapat dilampiaskan dengan cara yang indah. Namun bagi para pemula, tentu pernah mendengar beberapa mitos mengenai hal-hal yang akan terjadi saat malam pertama. Kenali terlebih dahulu mitos tersebut, sebelum Anda memercayainya.

Berikut ini beberapa mitos seputar malam pertama, seperti dilansir Indian Sutras.

Pasti berdarah

Banyak orang percaya bahwa seorang perawan atau tidak, ditandai dengan keluar darahnya saat melakukan seks pada malam pertama.

Saat selaput dara pecah, darah akan keluar, dan itulah pertanda bahwa sang wanita perawan. Padahal sesungguhnya, tak semua wanita perawan pun mengalami hal ini.

Beberapa olahraga terbukti membuat selaput dara wanita mengendur dan membuatnya tak berdarah. Karenanya jangan percayai mitos ini.

Menyakitkan

Banyak wanita yang takut mengalami malam pertama karena alasan yang sederhana, yaitu takut. Mereka umumnya menganggap bahwa gerakan yang kuat saat penetrasi dapat menyebakan rasa sakit pada Miss V.

Padahal yang menyebabkan seks dianggap menyakitkan apabila selaput dara masih utuh dan dalam keadaan yang kuat. Seperti disebutkan di atas, tak semua wanita memiliki selaput dara yang kuat.

Bersepeda, menunggang kuda, dan beberapa ilmu beladiri dapat membuat selaput dara melemah dan seks menjadi tak sakit. Karena itu, bila memang terasa sakit, lakukan secara perlahan.

Sakit dan radang Miss V berbahaya

Tak sedikit wanita yang mengeluhkan sakit dan panas pada Miss V usai malam pertama, terutama saat buang air kecil.

Namun, tekanan yang diberikan Mr P saat penetrasi dapat membuat Miss V melebar dalam beberapa hari. Gerakan menggesek terus-menerus juga dapat membuat Miss V menjadi kering. Bila kejadian ini masih berlangsung setelah sepekan, segeralah berkonsultasi ke dokter.

Buang air kecil usai seks mencegah kehamilan

Seks pada malam pertama seringkali tanpa menggunakan kondom. Pada saat pertama kali melakukan seks, banyak pria juga belum dapat mengendalikan kapan waktunya ejakulasi dan berakhir dengan mengeluarkannya di dalam Miss V.

Namun, ada mitos yang mengatakan bahwa wanita segera buang air kecil usai hal di atas terjadi, sperma akan keluar melalui urin dan kehamilan pun tak akan terjadi. Tentu saja mitos ini tak patut Anda percaya.

Urin keluar melalui saluran kencing, sedangkan sperma sendiri masuk ke dalam rahim tanpa melalui jalur itu. Bagaimana mungkin kehamilan dapat dicegah melalui cara ini?[ach/okez]

Senin, 27 Agustus 2012

Ini Penyakit Mematikan yang Dimiliki Neil Armstrong

Neil Armstrong (dok: Getty image)

Jakarta, Neil Armstrong adalah astronot pertama yang menginjakkan kaki di bulan. Tapi siapa sangka astronot ini harus kalah melawan penyakit mematikan yang membuatnya meninggal pada 25 Agustus 2012. Apa penyakit mematikan yang dideritanya?

Laporan menyebutkan Neil Armstrong meninggal akibat komplikasi setelah menjalani operasi jantung pada usia 82 tahun. Diketahui Armstrong menjalani operasi pada awal Agustus untuk memotong 4 penyumbatan pembuluh darah koroner.

Berdasarkan Mayo Clinic, selama operasi bypass koroner dokter mengambil bagian pembuluh darah dari lengan, kaki serta bagian tubuh lain dan menggunakannya untuk mengalirkan darah ke daerah yang arterinya tersumbat sehingga aliran darah ke jantung bisa pulih.

Meskipun Armstrong dikatakan 'baik-baik saja' setelah operasi, namun prosedur ini tidak menyembuhkan masalah jantung yang mendasarinya sehingga bisa memicu terjadi penyumbatan lagi. Kondisi ini disebut dengan penyakit jantung koroner.

National Heart, Lung and Blood Institute menuturkan bahwa penyakit jantung koroner ini adalah pembunuh nomor satu baik untuk laki-laki maupun perempuan di Amerika Serikat. Untuk itu penyakit yang dimiliki oleh Armstrong ini terbilang mematikan.

Operasi bypass adalah jenis operasi jantung terbuka yang mana selalu ada risiko. Komplikasi paling umum selama atau setelah operasi adalah pendarahan dan aritmia (gangguan irama jantung). Sedangkan risiko yang jarang terjadi seperti serangan jantung, gagal jantung, kehilangan memori atau infeksi akibat luka operasi.

"Kemungkinan komplikasi akan meningkat dengan bertambahnya usia. Namun kesehatan secara menyeluruh jauh lebih penting," ujar Dr Jeffrey Everett, ahli bedah kardiothorax di University of Tennessee Medical Center, seperti dikutip dari LiveScience, Senin (27/8/2012).

Penyakit jantung koroner bisa terjadi akibat adanya penumpukan plak di arteri koroner, yaitu pembuluh darah yang membawa darah kaya oksigen ke jantung, meningkatkan kemampuan otot jantung untuk memompa. Namun risiko terkena penyakit ini akan meningkat seiring bertambahnya usia.


(ver/ir)

Vera Farah Bararah - detikHealth
Senin, 27/08/2012 14:56 WIB