Kamis, 07 Oktober 2010

Bernostalgia dengan Pecel Stasiun Babat yang Rasanya menggoyang lidah




Bernostalgia makan nasi pecel menu andalan saya sewaktu masih sekolah di Kota Wingko Babat dan menjabat sebagai anak kos-kosan yang artinya uangnya ngos-ngosan alias harus lebih sering tirakat tinimbang memenuhi kebutuhan yang tidak-tidak atau membatasi diri dari keinginan nafsu makan enak dan nafsu nyandang layak hal yang paling berkesan dalam hidup dirantau sewaktu tiba bulan puasa sebagai lelaki mungkin banyak yang seperti saya pinginnya menikmati enak saja dan karena saya hanya mengontrak rumah bareng2 dan makannya masak sendiri maka sewaktu makan sahur sepertinya males menyalakan kompor yang hanya memenuhi isi satu perut saja akhirnya selama bulan puasa dan masuk sekolah maka menu sahur saya tetap yaitu nasi pecel stasiun Babat yang dekat dengan rumah kontrakan saya kemudian bukanya saja saya memasak, maka waktu itu hanya nasi Pecel Stasiun Babat yang selalu menemani dalam menu andalan saya karena sesuai dengan kantong saya dan soal rasa sekarang saya baru bisa membedakannya setelah melanglang buana menikmati kuliner dari kelas papan atas sampai menu emperan teras ternyata menu nasi pecel stasiun Babat rasanya masih mak nyus dan sayapun sepulang kampung halaman menyempatkan menikmatinya kembali hanya dengan kulupan dan peyek saja rasanya sudah menggugah selera lidah ini tidak bisa diajak bohong kalau sedang diajak makan enak maunya nambah terus. Dulu nasi pecel stasiun disajikan dalam pincuk sama seperti sekarang ini cuman dulu bedanya belum ada warungan didepan stasiun jadi mbok-mbok yang jualan pecel menggunakan boran sebagai tempat nasinya dan sekaligus diatasnya ditaruh kulupan dan sambelnya sedangkan rempeyeknya ditaruh tersendiri dalam wadah plastik yang dijinjing disamping penjualnya, sewaktu saya berkunjung distasiun Babat saya sudah tidak menemukan lagi mbok-mboknya yang jualan mungkin sudah nggak ada atau digantikan anak-anaknya, cuman sekarang disajikan dalam hidangan menarik dengan mendirikan warungan didepan stasiun Babat.

Nah didepan Stasiun Babat inilah saya menemukan warung-warung yang berjejer rapi dengan menu hampir sama yaitu nasi pecel , nasi rawon, asem-asem dan soto , karena saya tidak suka makanan yang banyal lemak dan kolesterol akhirnya pilihan jatuh pada Nasi Pecel Ala Stasiun Kereta api Babat ini. Sayapun segera memesan nasi pecel yang memang dulu pernah saya rasakan disini tapi dalam suasana yang lain dan ternyata setelah saya menyantapnya ternyata belum ada yang berubah dari lidah ini, dan masih seperti dahulu kala rasanya mak nyus tenan, Bagi pembaca yang kebetulan singgah di Stasiun Babat - Lamongan - Jawa Timur kalau ingin menikmati makanan Kuliner yang vegetarian inilah mungkin pilihannya rasannya khas pecel jawa timuran pedes asin


Warung tempat saya makan nasi pecel ala stasiun Babat
Nasi pecel disini harganya sangat merakyat saya makan lengkap dengan teh manisnya dan beberapa gorengan total jendralnya nasi pecelnya kalau saya hitung cuman sekitar 5 - 6 ribu rupiah per pering  dan kapanpun para perlu pembaca ketahui anda ada dilayani diwarung ini karena warung ini jualan 24 jam seperti saya dulu dengan sistim penjualnya gantian dengan adiknya, ibarat dipabrik shif-shifan selain Nasi Pecel menu-menu lain disidiakan di warung ini, maka sebagai pengobat rindu masa lampau saya telah melaksanakan keinginan saya menikmati nasi pecel stasiun Babat. 
.



Stasiun Babat tidak begitu ramai namun asri
Bagi pembaca yang sekedar lewat atau jalan-jalan mencari kuliner selain Wingko Babatnya yang sudah melegenda coba sempatkan waktu sebentar mampir ke Stasiun Babat nikmati Pecel Pincuk Ala Stasiun Babat niscaya anda akan serasa memanjakan lidah anda SELAMAT MENCOBA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar