DICOPY DARI REPUBLIKA ONLINE
Rabu, 26 Juni 2013, 13:22 WIB
Republika/Aditya
Dalam menyembelih hewan, Islam mengajarkan proses penyembelihan berlangsung dengan cepat dan tidak menyakitkan.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh
Nasih Nashrullah
Alhikmatu dhalatul mu'min,
hikmah itu pada hakikatnya ada di tiap lini kehidupan manusia, tak
terkecuali dalam tata cara penyembelihan hewan. Menurut Staf Khusus
Bidang Efisiensi Pembangunan Pertanian Kementerian Pertanian Dr Hasim
Danuri DEA, perlakuan baik saat menyembelih, ihsan adz-dzabh, manfaatnya akan kembali kepada kesehatan manusia itu sendiri.
Tenaga
Ahli LPPOM MUI ini mencontohkan, berkaitan dengan tuntunan agar darah
dari hewan tersebut mesti dikeluarkan, iraqat ad dam. Maka saat
penyembelihan, penting memastikan bahwa darah telah keluar dengan
sempurna dan proses tersebut tidak terlewatkan. Ia mengutip Surah
al-Maidah ayat ketiga dan al-An'am ayat 145.
Sebaiknya setelah
disembelih, ayam, misalnya, didiamkan 5-10 menit hingga darahnya keluar
semua, baru dimasukkan ke dalam air panas untuk dicabut bulunya. Jika
proses itu tidak dilakukan, kualitas daging akan buruk. Darah yang tidak
keluar dari tubuh hewan menjadi media tumbuhnya bakteri sehingga
berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi.
Demikian pula bila
memantik trauma atau stres hewan yang akan disembelih. Stres pada hewan
bisa membuat daging mengandung asam laktat yang mampu membuat PH daging
menjadi rendah.
Dosen Biokimia FMIPA Institut Pertanian Bogor ini
menjelaskan, ada sejumlah metode kontemporer yang telah mendapat
persetujuan MUI karena dinilai praktis dan mengurangi rasa sakit hewan.
Pertama, secara kimia, yaitu pemberian eter atau bius pada hewan, cara
ini sudah jarang lagi dipakai. Kedua, dengan listrik atau setrum, ini
biasanya digunakan pada ayam dan sapi. Ketiga dengan mekanik, atau
captive ball pistol, yaitu dengan cara mengetok kepala sapi dengan
pistol bola.
Metode-metode ini bertujuan untuk memingsankan hewan
lebih dahulu, baru disembelih. Namun, begitu dipingsankan, harus segera
disembelih untuk mencegah terjadinya blood splashing, yaitu pembuluh
darah pecah akibat trauma mekanik atau setrum. Jika tidak, akan muncul
bercak darah di daging yang membuat kualitas daging berkurang.
Tetapi,
ia menegaskan cara yang paling baik tetap saja seperti sunah yang telah
diajarkan Rasulullah. Ini merupakan cara yang paling baik. Terbukti
dengan selarasnya riset-riset tentang kualitas daging yang disembelih
dengan darah hewan keluar sempurna. Ini merupakan hikmah penyembelihan
hewan sesuai syariat Islam. Islam merupakan agama yang membawa hanya
kebaikan.
Dosen IPB Dr Anna P Roswiem mengatakan cara
penyembelihan hewan dengan memotong tiga urat, termasuk urat napas,
kerongkongan (makan), dan darah. Hewan tersebut ada yang dipotong dengan
pisau tajam, ada juga yang dipotong dengan mesin.
Memang,
imbuhnya, akan ada kualitas perbedaan daging. Namun, itu terjadi jika
hewannya tidak dipelihara dan diurus dengan baik. Terutama, jika
hewan-hewan tersebut berasal dari daerah yang jauh, yang harus berada di
jalan berhari-hari. Hewan tersebut bisa stres dan dagingnya pun kurang
berkualitas lagi.
Membedakan daging
Lebih
lanjut, Hasim Danuri menjelaskan kiat membedakan antara daging bangkai
dan daging yang disembelih. Pertama dengan melihat warnanya. Warna
daging yang disembelih, misalnya ayam, berwarna putih. Jika sapi,
berwarna merah muda cerah. Sedangkan yang tidak disembelih, dagingnya
berwarna merah tua. Selain itu, daging hewan yang disembelih jika
dipegang terasa kenyal, tidak lunak seperti daging yang tidak disembelih
sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar