Kamis, 10/03/2016 07:35 WIB
Foto: Radian Nyi Sukmasari
Profesor Wu Liang Ping dari Guangzhou Chinese Medical University JinShaZhou Hospital Asia-Pacific Bariatric and Diabetes Center menyebutkan, umumnya ada tiga jenis operasi bypass lambung yang paling banyak diterapkan di seluruh dunia yakni Loop Duodenojojunal Bypass with Sleeve Gastrectomy (LDJB-SG), Roux en-Y Gastric Bypass (RYGB), dan pengikatan lambung yang kini mulai jarang diterapkan, khususnya di China.
"Roux en-Y Gastric Bypass (RYGB),ditujukan untuk mereka yang gemuk dan mengidap diabetes. Prosedur ini membantu meredakan gula darah. Prosedurnya minimal invasif, sederhananya merupakan modifikasi dari laparoskopi," tutur Prof Wu di Guangzhou Chinese Medical University JinShaZhou Hospital, Guangzhou, China, Rabu (10/3/2016).
Dengan menggunakan teknologi tinggi, RYGB dilakukan dengan membuat tusukan dan luka kecil di perut.RYGB mengubah aliran makanan di lambung dengan memotong bagian atas lambung yang kemudian disambungkan dengan sebagian usus halus. Kemudian, sisa bagian lambung yang ditinggalkan tetap ada untuk sekresi enzim pencernaan yang nantinya akan bertemu dengan makanan di bagian usus halus lainnya.
"Operasi ini bisa obati diabetes karena setelah penggantian jalur, penyerapan makanannya akan berbeda. Sel islet pada pankreas juga akan membaik karena kerjanya berkurang sehingga kadar insulin juga akan membaik. Dengan membaiknya kadar insulin dan terkontrolnya gula darah, maka pasien bisa tidak lagi mengonsumsi obat diabetes dan komplikasi seperti gangguan penglihatan setidaknya bisa membaik," lanjut Prof Wu.
Ia menambahkan, penelitian di Amerika selama 15 tahun menunjukkan bahwa setelah operasi, hampir 80 persen pasien bisa meredakan gula darahnya. Di China, hampir 91,7 persen pasien yang menjalani operasi ini menunjukkan perbaikan kadar gula darah. Pasca dioperasi, pasien sudah bisa beraktivitas lagi keesokan harinya dan bisa pulih sekirtar 3-5 hari kemudian. Selama 3 bulan pertama setelah operasi pasien harus mengonsumsi makanan lunak dan harus mengunyahnya dengan lebih pelan.
Sementara, LDJB-SG lebih sering digunakan pada pasien obesitas tanpa penyakit penyerta seperti diabetes, ataupun jika ada diabetes yang masih tahap awal, kemudian berusia cukup muda. LDJB-SG memperkecil ukuran lambung dan diatur kembali aliran sistem pencernaan di lambung.
"Sementara Sleeve gastrektomi belum banyak digunakan, terutama di Asia. Namun, prosedur ini kami lakukan di China untuk pasien obesitas saja guna menurunkan berat badannya," kata Prof Wu.
Khusus prosedur RYGB, di Guangzhou Chinese Medical University JinShaZhou Hospital Asia-Pacific Bariatric and Diabetes Center biayanya sekitar Rp 200 juta.
Laporan dari Guangzhou
Cerita Pasien Diabetes Asal Indonesia Jalani Bypass Lambung di China
Kamis, 10/03/2016 08:33 WIB
Foto: Radian Nyi Sukmasari
Didampingi sang istri, pada Selasa (1/3), Sihol bertolak ke Guangzhou. Setelah menjalani observasi oleh tim medis di Guangzhou Chinese Medical University JinShaZhou Hospital Asia-Pacific Bariatric and Diabetes Center, Sihol menjalani operasi pada Senin (7/3).
"Saya menjalani perawatan di sini. Habis diobservasi, itu saya juga sudah setop konsumsi obat. Saya dioperasi dengan empat titik. Lukanya kalau digabung nggak sampai ah tiga cm," tutur Sihol saat ditemui di Guangzhou Chinese Medical University JinShaZhou Hospital, Guangzhou, China baru-baru ini.
Dokter yang menangani Sihol, Profesor Wu Liang Ping mengatakan Sihol menjalani operasi Roux en-Y Gastric Bypass (RYGB) yang memang ditujukan untuk mereka yang gemuk dan mengidap diabetes. Prosedur ini membantu meredakan gula darah. Prosedurnya minimal invasif dan sederhananya merupakan modifikasi dari laparoskopi.
Dengan menggunakan teknologi tinggi, RYGB dilakukan dengan membuat tusukan dan luka kecil di perut. RYGB mengubah aliran makanan di lambung dengan memotong bagian atas lambung yang kemudian disambungkan dengan sebagian usus halus. Kemudian, sisa bagian lambung yang ditinggalkan tetap ada untuk sekresi enzim pencernaan yang nantinya akan bertemu dengan makanan di bagian usus halus lainnya.
"Lambung kan normalnya volumenya sampai 4.000 ml. Ini sama dokter dibikin 50 ml, kira-kira akan mencapai ukuran 100 ml 6 bulan lagi. Sekarang sih sakit nggak ya. Memang makannya sekarang masih lewat infus. Setelah itu harus makan yang lunak dan nanti setelah tiga bulan baru bisa makan normal. Rasa lapar juga nggak terlalu tuh," lanjut Sihol.
Sejak mengidap diabetes, Sihol kerap mengeluh kakinya kebas dan kesemutan. Kadar gula darahnya pun pernah mencapai 560. Untuk mencegah komplikasi yang terjadi, maka Sihol memutuskan melakukan operasi ini. Ia hanya bermodal percaya bahwa teknologi bisa membantu masalah yang dialaminya. Sebab, selama ini pengeluaran setidaknya Rp 300 ribu per bulan untuk biaya berobat juga dirasa Sihol memberatkan.
Sementara, Prof Wu mengungkapkan sebelum dioperasi, kadar gula darah Sihol mencapai 270 mg/dl dan dua hari pasca operasi, kadar gula darah Sihol turun menjadi 120 mg/dl. Menurut Prof Wu memang untuk memulihka kadar gula darah membutuhkan waktu. Sedangkan, body mass index (bmi)-nya yang sebelumnya 28 dalam waktu 6 bulan umumnya akan mengalami perubahan.
"Operasinya 1,5 jam dan pasien dibius total. Ibaratnya dengan penggantian jalur sistem cerna, penyerapan makanannya akan berbeda. Di China sendiri operasi ini sudah banyak digunakan bahkan dalam waktu lima tahun saya sudah mengoperasi pasien sekitar 500 orang," terang Prof Wu.
Berbeda dengan Sihol, pasien diabetes lain yang juga menjalani prosedur bypass lambung ini adalah Tapian Manullang (40) yang sudah mengidap diabetes selama tujuh tahun. Sehari-hari, kadar gula darah Tapian bisa mencapai 270 mg/dl atau kadang, kadar gula Tapian mencapai 400 mg/dl. Untuk itu, ia harus rutin minum obat karena jika tidak tubuhnya akan terasa lama. Belum lagi keluhan matanya yang sudah agak buram.
"Saya baca-baca ada pengobatan seperti ini ya ikut aja. Kebetulan BMI saya sebelum operasi 28,7 dengan berat badan 95. Sebelum operasi saya disuntik insulin dulu supaya turun kadar gulanya. Hari Jumat (4/3) puasa, Sabtunya dioperasi. Sampai saat ini masih makan lewat infus sih, tapi nggak apa-apalah yang penting bisa sembuh karena sebelumnya, untuk obat minimal Rp 300 ribu sebulan," tutur pria yang yakin kena diabetes karena faktor keturunan dan pola makan.
|
Dalam dua sampai tiga hati ke depan, Tapian sudah dibolehkan pulang. Sedangkan, pada Jumat (11/3), Sihol sudah dibolehkan pulang. Ia sendiri akan melanjutkan konsultasi dengan Prof Wu secara online melalui bantuan cabang Norgen Healthcare yang ada di Jakarta.
"Melalui kami, pasien bisa melakukan konsultasi online dengan dokter di sana yang menangani dan pastinya RS yang bersangkutan bekerja sama dengan kami. Bagi pasien yang akan berobat ke sana juga bisa berkonsultasi dulu secara online pada kami, nanti setelah memutuskan pengobatan yang dipilih kami akan bantu proses berobat di sana sampai follow up setelah pasien pulang," kata Brian Liu, general manager Norgen Healthcare Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar