Blog ini dibuat sebagai sarana komunikasi dan catatan elektrik sebagai bahan sharing diantara kita
Kamis, 29 Agustus 2013
Selasa, 27 Agustus 2013
TRAGEDI MESIR
REPUBLIKA.CO.ID, Pasca-penggulingan presiden Mohamed Moursi keadaan Mesir menjadi tidak menentu. Memanasnya situasi politik beberapa pekan terakhir ini pun mendapat perhatian dunia, termasuk masyarakat Indonesia.
Bagaimana masyarakat Indonesia menanggapi tragedi kemanusiaan di Mesir? Berikut liputannya.
Videographer & Video Editor: Casilda
Reporter : mgROL17
Redaktur : Sadly Rachman
Senin, 26 Agustus 2013
DUA MATAHARI KESULTANAN SOLO MENGHADAPI BABAK BARU PERSETERUAN DENGAN PIHAK KE TIGA
SindoNews.com
Rendra Saputra
Selasa, 27 Agustus 2013 − 07:15 WIB
Hangabehi (kiri) - Tedjowulan (Kanan). (Foto: Istimewa)
Gonjang-ganjing pun melanda Keraton Solo. Pasalnya, tak diketahui siapa pewaris tahta selanjutnya yang bakal memimpin Kasunanan Surakarta berikutnya.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Sindonews dari berbagai sumber, dari enam orang selir Paku Buwono XII ada sekira 35 anak yang tak diketahui siapa yang berhak menggantikannya. Dalam tradisi dan adat Jawa, pengganti raja yang meninggal adalah anak lelaki tertua dari permaisuri. Sementara, hingga Paku Buwono XII meninggal, ia tidak mengangkat seorang permaisuri.
Perebutan tahtapun terjadi antara Hangabehi dan Tedjowulan, yang lahir dari ibu yang berbeda. 'Pertempuran' memperebutkan tahta pun mencapai puncaknya ketika Agustus 2004, kubu Tedjowulan mengukuhkan diri sebagai Paku Buwono XIII.
Penobatan Tedjowulan dilakukan di Ndalem Sasana Purnama, Kota Barat Mangkubumen, atau sekira enam kilometer dari kompleks Keraton Surakarta. Pengukuhan dilakukan di luar keraton karena hari itu kubu Hangabehi menggembok pintu gerbang keraton.
Sebulan kemudian, kubu Hangabehi melakukan tindakan sama: melantik KGPH Hangabehi juga sebagai Paku Buwono XIII. Raja kembar pun muncul Kota Solo. Sejak itu, konflik makin runcing, bahkan terus berlanjut hingga kini, delapan tahun setelah ayah mereka berdua mangkat.
Perseteruan itu berdampak pada kelangsungan hidup keraton. Berbagai bantuan untuk perawatan dan pengembangan budaya yang selama ini diterima, baik dari Pemerintah Provinsi (Pemrov) Jateng maupun Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta, menjadi terhenti. Pemerintah Daerah (Pemda) selalu meminta agar persoalan dua raja itu diselesaikan terlebih dahulu sebelum dana bantuan dapat dicairkan.
Proses rekonsiliasi pun pernah dilakukan. Rekonsiliasi tersebut dilakukan di sebuah hotel di Jakarta, lengkap dengan foto penandatanganan semacam akta rekonsiliasi. Tampak Hangabehi dan Tedjowulan menghadap ke sebuah kertas yang dibentangkan di meja. Rekonsiliasi tersebut disaksikan langsung Wali Kota saat itu Joko Widodo (Jokowi) dan anggota DPR, Mooryati Sudibyo.
Dalam akta rekonsiliasi saat itu, disepakati Hangabehi tetap menjadi raja, dengan gelar sama, SISKS Paku Buwono XIII. Sementara Tedjowulan “rela” menjadi mahapatihnya, dengan gelar KGPH Panembahan Agung.
Namun yang sempat menyita perhatian publik saat itu adalah rekonsiliasi ini terjadi setelah PB XIII Hangabehi tersangkut isu child trafficking, dan karena itu ada wacana yang bersangkutan terancam dicopot jabatannya oleh pemangku adat, dalam hal ini yang berperan biasanya lembaga hukum keraton yang digawangi mantu dalem, KP Eddy Wirabhumi, suami GKR Wandansari.
Adanya pemangku adat ini mucul setelah pasca rekonsiliasi PB XIII Hangabehi tidak pernah pulang ke keraton. Keberadaannya pun tak pernah diketahui saat itu. Hingga anak-anaknya kandungnya sendiri pun mempertanyakan keberadaan sang ayah. Hangabehi seolah-olah hilang dari pusaran Keraton, lepas dari orang-orang yang selama ini selalu ada di sekitarnya, dan seolah berbalik arah, mendukung kubu sebelah.
Keberadaan Raja yang tidak jelas ini agaknya tak disia-siakan oleh dinasti yang tinggal di dalam lingkup keraton, yang selama ini secara de facto adalah penguasa sebenarnya Keraton Solo.
Di tengah hilangnya Raja, terdengar kabar pemangku adat mengangkat GPH Mangkubumi, anak tertua Hangabehi, menjadi putra mahkota. Padahal faktanya, Hangabehi belum wafat. Sehingga media menyebut manuver ini sebagai kudeta.
Hingga konstelasi politik Keraton Solo pun kini berubah. Bila semula ada kubu PB XIII Hangabehi dan kubu PB XIII Tedjowulan, sekarang pascarekonsiliasi kubu itu bukannya hilang. Hanya berubah konstelasi. Kini terbentuk kubu baru, yaitu kubu Hangabehi-Tedjowulan dan kubu pemangku adat Keraton.
(rsa)
Kamis, 15 Agustus 2013
BERTANI UMBI PORANG YANG MENJANJIKAN
IPB : UMBI PORANG POTENSI BARU GUNUNG WALAT
BOGOR, KOMPAS.com - Mahasiswa Institut Pertanian Bogor
(IPB) memperkenalkan budi daya umbi porang sebagai potensi baru bercocok
tanam bagi pemuda dan masyarakat Desa Hegarmanah, Gunung Pendidikan
Gunung Walat, Jawa Barat.
"Budi daya umbi porang ini cukup
berpotensi bagi masyarakat di Desa Hegarmanah, selain membuka usaha baru
juga menghindari konflik penyerobotan lahan hutan di wilayah tersebut,"
kata Juanda, Ketua Tim Mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)
Pengabdian Masyarakat, IPB, di Bogor, Kamis (15/8/2013).
Juanda
menyebutkan, melalui program PKM, dirinya bersama empat rekannya dari
Fakultas Kehutanan telah menawarkan program budi daya umbi porang kepada
masyarakat yang tinggal di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Jawa
Barat melalui program PKM di bawah bimbingan Dr Soni Trisno, S.Hut, MSi.
Dikatakannya,
umbi porang sebagai salah satu kultivar atau tanaman yang cocok untuk
Desa Hegarmanah yang merupakan desa yang berbatasan langsung dengan
HPGW. "Kebanyakan masyarakat di sana bekerja sebagai petani, namun tidak
memiliki lahan," katanya.
Juanda menjelaskan, kebutuhan
masyarakat setempat terhadap lahan pertanian telah memicu adanya
penyerobotan lahan hutan milik HPGW.
Pihak HPGW telah mengatasi
masalah tersebut dengan menyewakan lahan miliknya kepada masyarakat
setempat untuk ditanami tanaman bawah tegakan seperti kapulaga, kopi dan
pisang. "Namun, usaha masyarakat ini kurang memberikan hasil panen yang
produktif," katanya.
Dari hasil penelitian Tim PKM IPB, lanjut
Juanda, pihaknya melihat Umbi Porang memiliki potensi dan syarat tumbuh
yang sesuai dengan kondisi biofisik di wilayah sekitar HPGW.
Hal
ini dikarenakan Umbi Porang adalah umbi jenis salah satu tanaman yang
dapat ditanam di bawah naungan. "Selain itu, pemeliharaan umbi porang
ini tidak perlu dilakukan secara intensif," ujarnya.
Lebih lanjut
Juanda menjelaskan, permintaan pasar terhadap umbi porang saat ini
cukup tinggi. Banyak negara seperti Jepang, Taiwan, dan Korea yang
mengolah umbi ini menjadi sumber makanan.
Negara-negara tersebut,
lanjut dia, mengimpor umbi ini salah satunya dari Indonesia. Sayangnya,
penyedia umbi porang di Indonesia masih terbatas. Menurut Juanda,
peluang ini dapat dimanfaatkan warga Desa Hegarmanah dengan
membudidayakan umbi porang di lahan-lahannya yang terlantar.
"Selain
membuka lapangan pekerjaan, kesibukan mengolah lahan terlantar yang
mereka miliki mampu mengalihkan fokus masyarakat terhadap penyerobotan
lahan hutan milik HPGW," ujar Juanda.
Ide inilah yang disampaikan
Juanda bersama teman-temannya kepada masyarakat di Desa Hegarmanah yang
berjumlah sebanyak 8.322 jiwa itu. Dikatakannya, melalui PKM ini, ia
dan kawan-kawannya mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB melakukan penyuluhan
budidaya umbi porang.
Penyuluhan yang diberikan berupa pemberian
materi di ruangan mengenai budidaya umbi porang, dan demplot
percontohan agroforestry umbi porang. Diungkapkannya, pada aspek
budidaya, sebelum penyuluhan masyarakat yang mengetahui budidaya umbi
porang sebesar 22,22 persen, sedangkan setelah penyuluhan sebesar 82,88
persen.
Sedangkan pada aspek pengolahan, sebelum penyuluhan
masyarakat yang mengetahui cara pengolahan umbi porang sebesar 10
persen, setelah penyuluhan sebesar 89,57 persen.
Serta pada aspek
pemasaran, sebelum penyuluhan masyarakat yang mengetahui pemasaran umbi
porang sebesar 0 persen, jumlah ini meningkat setelah penyuluhan
sebesar 60 persen.
"Kami memberikan pelatihan kepada masyarakat
berkaitan dengan umbi porang secara umum, teknik penanaman, perawatan,
dan pasca panen umbi porang untuk dijadikan komoditi ekspor yang
memiliki nilai ekonomi tinggi," katanya.
Selanjutnya kata Juanda,
pihaknya juga memberikan penyuluhan pembuatan demplot percontohan
agroforestry umbi porang dengan luas 200 meter persegi dimaksudkan
sebagai media percontohan sekaligus promosi kepada masyarakat sekitar
area demplot tentang tanaman umbi porang.
Setelah panen,
lanjutnya, umbi ini akan diterima distributor yang berada di Desa
Klangon, Saradan Jawa Timur. Distributor di Desa Klangon tersebut akan
mengumpulkan porang yang telah dijadikan "chips" dan kemudian dikirim ke
pabrik pengolahan tepung porang di Mojokerto yang kemudian tepung
tersebut diekspor ke China, Korea dan Jepang.
Menurut Juanda,
peluang pasar porang sangat besar, baik untuk pasar dalam negeri maupun
pasar luar negeri. Untuk pangsa pasar dalam negeri, umbi digunakan
sebagai bahan pembuat mie yang dipasarkan di swalayan, serta untuk
memenuhi kebutuhan pabrik kosmetik sebagai bahan dasar.
Sementara
itu, untuk pangsa pasar luar negeri, masih sangat terbuka terutama
untuk tujuan Jepang, Taiwan, Korea dan beberapa negara Eropa.
"Penurunan
nilai ekspor komoditas porang, bukan karena permintaan pasar yang
menurun, tetapi keterbatasan bahan baku olahan. Selama ini pasokan hanya
dipenuhi dari pedagang kecil yang mengumpulkan umbi yang tumbuh liar di
hutan atau di sekitar perkebunan dan lama kelamaan akan habis jika
tidak diupayakan penanamannya," katanya.
Juanda mengatakan, umbi
porang laku dijual, saat ini harganya menembus Rp 2.500 per kg basah
atau baru petik. Umbi porang kering atau "chips porang" dihargai lebih
mahal lagi, yakni Rp 20.000 per kg.
Masih ada yang lebih mahal
yakni tepung porang. Namun, sangat disayangkan kemampuan masyarakat
belum sampai ke sana sehingga teknologi pembuatan tepung masih dikuasai
pabrik besar.
Juanda menambahkan, dengan kegiatan ini harapannya
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di Desa Hegarmanah. "Perkiraan
jumlah orang yang mendapatkan dampak dari kegiatan ini adalah 80 orang
dengan nilai pendapatan sekitar Rp 100 juta per tahun," katanya.
Sumber :
Antara
Editor : BNJ
Porang vs Suweg, Bukan saudara kembar..
Meski
judul di atas terlihat profokatif, bukan berarti saya bermaksud
membenturkan kedua komoditi tersebut. Saya ingin memaparkan data data
fisik yang menjadi ciri khas yang membedakan kedua tanaman ini. Beberapa
kali saya temui rekan yang menganggap suweg sebagai porang yang
bernilai ekonomis tinggi.
Sampai saat ini saya cukup bisa
memahami kenapa begitu sulit mengajak teman, saudara atau kenalan,
apalagi yang tidak kenal - untuk beramai-ramai membudidayakan Porang di
kebun mereka yang menganggur karena tidak bisa ditanami dengan tanaman
palawija atau tanaman pangan yang membutuhkan sinar matahari langsung.
Ada
lagi alasan yang menyebabkan pemaparan saya mengenai potensi ekonomis
porang kurang mereka minati (mungkin loh), adalah mereka menganggap
suweg sama dengan Porang. Jadi mereka pikir tidak masuk akal jika
makanan desa tersebut bisa laku dijual mahal.
Satu lagi alasan
keengganan menanam Porang adalah, umbi tanaman ini tidak bisa langsung
dikonsumsi, sementara jika dibandingkan dengan suweg, dengan sekedar
direbus saja sudah bisa dimakan sebagai pengganti nasi.
Suweg
bukan porang, begitu pula sebaliknya. Yang sering membingungkan adalah,
karena nampak fisik luarnya 80% mirip. Tetapi meski begitu, kita masih
memiliki kesempatan 20% untuk mengenali perbedaan diantara keduanya.
1.
Keduanya memiliki daun yang 100% sama. Bentuk menjari, pangkal daun 3,
kadang daun berwarna hijau cenderung gelap, kadang juga hijau cerah.
Tetapi daun porang masih bisa kita kenali dengan melihat titik pangkal
daunnya, pada tempat itu akan terlihat bulatan kecil berwarna hija cerah
hingga coklat sebagai bakal tumbuhnya bulbil, titik tersebut mulai
terlihat sejak tanaman berusia kurang lebih 2 bulan. Titik bulbil
tersebut sangat kentara, jadi tidak perlu khawatir salah. Lebih jelas
lagi pada tanaman dengan usia lebih dari satu tahun, karena titik
pertumbuhan bulbil lebih banyak lagi, pada pangkal daun yang bercabang
menyebar di banyak tempat.
2. Keduanya memiliki batang yang sama,
berwarna hijau cerah dengan totol-totol putih. Tapi tunggu dulu,
cobalah meraba batang tersebut dengan seksama. Tidak akan terlalu lama
untuk memastikan bahwa salah satunya bertekstur kasar, sedang yang
lainnya halus mulus. Batang yang halus inilah yang merupakan batang
tanaman Porang, tidak akan salah.
3. Ketika umbi sudah dipanen,
lihatlah kondisi fisik luarnya. Jika umbi memiliki titik-titik
percabangan umbi, seperti terlihat berupa benjolan ke samping, maka
pastilah itu umbi suweg, karena umbi porang berupa umbi tunggal. Lalu
irislah sedikit umbinya, semakin terlihat dengan jelas perbedaan
umbinya. Karena umbi suweg berwarna putih kadang cenderung berwarna ungu
atau merah jambu, sedangkan umbi porang kuning cerah (ingat bendera
partai Golkar? tidak akan salah lagi, warnanya seperti itu). Tetapi akan
ada sedikit masalah jika anda menemui umbi berwarna kuning cerah,
tetapi ada benjolan titik tumbuh, di beberapa daerah menamai umbi
semacam itu dengan nama walur, dan bisa dipastikan itu bukan porang,
karena serat umbinya kasar, sedangkan porang serat umbinya halus nyaris
tak terlihat, hanya berupa titik-titik saja.
VIVAnews - Umbi porang yang ditanam di lahan Perum
Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Nganjuk BKPH Tritik, Jawa Timur,
memiliki nilai jual yang cukup menguntungkan bagi petani. Hal ini
diutarakan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, saat
mengunjungi tempat itu pada Minggu, 6 Januari 2013.
"Harga jualnya bagus, rata-rata Rp2.800-Rp3.000 per kilogram dalam kondisi basah. Jika rata-rata lahan bisa menghasilkan 10-15ton per hektare, petani akan mendapat keuntungan sekitar tiga puluh juta rupiah per hektare," ujarnya melalui Humas BUMN, Faisal Halimi, kepada VIVAnews, Minggu 6 Januari 2013.
Umbi porang (Amorphophallus oncophillus), atau iles-iles dalam bahasa Jawa, berguna untuk bahan industri dan makanan, seperti lem, pengganti media tumbuh mikroba, campuran kertas agar kertas menjadi lemas, pengental sirup, dan campuran obat. Para petani memiliki lahan seluas 1-3 hektare untuk menanam umbi ini, bahkan ada yang memiliki lahan seluas 5 hektare di lahan milik Perum Perhutani.
Penanaman umbi porang di lahan milik Perum Perhutani ini merupakan proses tumpangsari yang diharapkan BUMN untuk dapat menanggulangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bagi Perum Perhutani, pembinaan kepada petani umbi porang sangat membantu keamanan hutan. Para petani tidak mencuri kayu, tetapi memanfaatkan lahan tumpangsari.
"Harga jualnya bagus, rata-rata Rp2.800-Rp3.000 per kilogram dalam kondisi basah. Jika rata-rata lahan bisa menghasilkan 10-15ton per hektare, petani akan mendapat keuntungan sekitar tiga puluh juta rupiah per hektare," ujarnya melalui Humas BUMN, Faisal Halimi, kepada VIVAnews, Minggu 6 Januari 2013.
Umbi porang (Amorphophallus oncophillus), atau iles-iles dalam bahasa Jawa, berguna untuk bahan industri dan makanan, seperti lem, pengganti media tumbuh mikroba, campuran kertas agar kertas menjadi lemas, pengental sirup, dan campuran obat. Para petani memiliki lahan seluas 1-3 hektare untuk menanam umbi ini, bahkan ada yang memiliki lahan seluas 5 hektare di lahan milik Perum Perhutani.
Penanaman umbi porang di lahan milik Perum Perhutani ini merupakan proses tumpangsari yang diharapkan BUMN untuk dapat menanggulangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bagi Perum Perhutani, pembinaan kepada petani umbi porang sangat membantu keamanan hutan. Para petani tidak mencuri kayu, tetapi memanfaatkan lahan tumpangsari.
Zat-Zat Penting Yang Terkandung Dalam Porang
Tanaman yang satu ini sekarang telah menjadi tanaman yang banyak dicari
oleh industri makanan khususnya yang bergerak dibidang industri
hidrocolloid, dulu tanaman ini di nggp sebgai tanaman yang tidak ada
gunanya, tumbuh dikebun bahkan di Jawa khususnya Jawa Tengah tanaman ini
di sebut sebagai tanaman makanan ular. Saat ini ceritanya lain, Porang
banyak di cari dan dibudidayakan karena mempunyai nilai ekonomis yang
cukup tinggi. Hasil olahan Porang (iles-iles) adalah tepung konjac yang
sangat berguna untuk beberapa industri di antranya industri pembuatan
jelly, kulit kapsul, perekat dalam pembuatan kertas dn lain-lain
Komposisi porang menurut :Arifin (2001) adalah :
Komposisi Kimia Umbi Segar dan Tepung Amorphophallus oncophyllus
Analisis
|
Kandungan per 100 g conth (bobot basah)
|
|
Umbi segar (%)
|
Tepung (%)
|
|
Air
Glukomannan
Pati
Protein
Lemak
Serat berat
Kalsium Oksalat
Abu
Logam berat (Cu)
|
83.3
3.58
7.65
0.92
0.02
2.5
0.19
1.22
0.09
|
6.8
64.98
10.24
3.42
-
5.9
-
7.88
0.13
|
Sumber : Arifin (2001)
Umbi
porang atau suku jawa menyebutnya : iles-iles, walaupun istilah ini
tidak tepat, mengandung bahan/senyawa yang mahal harganya yaitu:
Glucomannan. Glukomannan adalah polisakarida hidrokoloid yang terdiri
dari residu D-glucose dan D-mannose. Membeli porang/konjac sama dengan
membeli viskositas. Mutu Porang/Konjac Indonesia yang dicari adalah:
> 60.000 cps. Jepang, taiwan, Hongkong, USA memerlukan porang sebagai
makanan kesehatan. Karena sebagai polisakarida, atau bahasa orang AWAM (PATI). glukomannan ini mengandung rendah kalori yakni: sekitar 3 Kkal/100 g bahan.
Standar Mutu porang/Konjac dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Standar Mutu Tepung Porang
Parameter
|
Persyaratan
|
Kadar Air
Kadar glukomannan
Kadar Abu
Kadar Sulfit
Kadar Timah
Kadar Arsenik
Kalori
Viskositas (Konsentrasi tepung 1%)
PH (pada konsentrasi tepung 1%)
Kenampakan
Ukuran Partikel
|
10.0 ****
>88% *
4% ***
<0.03 % *
<0.003 %*
<0.001 % *
3 Kcal/100 g **
>35.000 mpas *
7 *
Putih *
90 mesh ****
|
* Anonymous (2005a)
** Johnson (2005)
*** Anonymous (2006 b )
**** Peiying et al., (2002)
Namun hasil riset Putri Ayu Eri K dan Simon B.Widjanarko. (2007) menunjukkan : komposisi porang adalah:
. Komposisi Kimia Bahan Baku Penelitian (2007)
Parameter
|
Umbi Porang Segar
|
Tepung Porang Kasar
|
||
% b.b
|
%b.k
|
%b.b
|
% b.k
|
|
Kadar Air
|
82.330
|
0
|
9.4
|
0
|
Kadar Abu
|
1.003
|
5.676
|
5.523
|
6.096
|
Kadar Pati
|
4.23
|
23.938
|
21.826
|
24.091
|
Kadar Protein
|
0.870
|
4.924
|
4.576
|
4.955
|
Kadar Lemak
|
0.017
|
0.096
|
0.074
|
0.082
|
Kadar Serat Kasar
|
2.040
|
11.545
|
11.790
|
11.618
|
Kadar Glukomannnan
|
6.420
|
36.333
|
37.270
|
41.137
|
Kadar Ca-oksalat
|
1.020
|
5.772
|
5.650
|
6.236
|
kelemahan porang produksi Masyarakat Pengelola Sumber Daya Hutan
(MPSDH) DI JAWA TIMUR, apabila diolah menjadi tepung masih gatal dan
sama sekali tidak bisa diolah menjadi produk pangan. Kecuali chip porang
disetor ke pabrik pengolahan chip porang di Kertosono, Mojosari,
Pasuruan dll. Tantangan peneliti porang Jur. THP FTP UB (Simon B
Widjanrko dkk) membuat pabrik porang sendiri di lokasi MPSDH- MPSDH di
Jawa Timur. Semoga dalam waktu tidak terlalu lama, petani porang di
MPSDH di madiun dapat berdiri pabrik tepung porang dan bisa dihasilkan
berbagai pangan sehat dan murah dari bahan baku lokal bumi peritiwi ini.
Any suggestions?
Ilustrasi : Umbi porang/simonbw.lecture.ub.ac.id
JAKARTA - Umbi porang ternyata dapat menjadi
tanaman yang cocok untuk dibudidayakan di Desa Hegarmanah, Hutan
Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Jawa Barat. Potensi ini berhasil
ditemukan oleh lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang
tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Pengabdian
Masyarakat.
Tim yang terdiri dari lima mahasiswa dari Fakultas Kehutanan itu
terinspirasi menggali potensi daerah tersebut melihat banyaknya
pemuda-pemuda desa Hegarmanah yang belum memiliki pekerjaan. Maka,
untuk membuka lapangan kerja, mereka menawarkan program budidaya umbi
porang.
Ketua Tim Juanda mengungkap, Desa Hegarmanah berbatasan langsung dengan
HPGW dengan mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani. Kebutuhan
masyarakat terhadap lahan pertanian, lanjutnya, telah memicu adanya
penyerobotan lahan hutan milik HPGW.
"Pihak HPGW telah mengatasi masalah ini dengan menyewakan lahan
miliknya untuk ditanami tanaman bawah tegakan (kapulaga, kopi, dan
pisang). Namun usaha masyarakat ini kurang memberikan hasil panen yang
produktif,” ujar Juanda, seperti dinukil dari siaran pers yang diterima
Okezone, Rabu (14/8/2013).
Dia menjelaskan, umbi porang memiliki potensi dan syarat tumbuh sesuai
dengan kondisi biofisik di sekitar HPGW. Sebab, umbi jenis ini dapat
ditanam di bawah naungan serta tidak membutuhkan pemeliharaan yang
intensif.
Apalagi, kata Juanda, permintaan pasar umbi porang saat ini cukup
tinggi mengingat banyak negara, seperti Jepang, Taiwan, dan Korea yang
mengolah umbi ini menjadi sumber makanan. Sebagai salah satu negara
penyedia umbi porang, komoditi tanaman tersebut di Indonesia masih
terbatas.
“Peluang ini dapat dimanfaatkan warga Desa Hegarmanah dengan
membudidayakan umbi porang di lahan-lahannya yang terlantar. Selain
membuka lapangan pekerjaan, kesibukan mengolah lahan terlantar yang
mereka miliki mampu mengalihkan fokus masyarakat terhadap penyerobotan
lahan hutan milik HPGW,” urainya.
Melalui PKM itu, Juanda dan kawan-kawan pun melakukan penyuluhan
budidaya umbi porang kepada masyarakat Desa Hegarmanah. Penyuluhan yang
diberikan berupa pemberian materi di ruangan mengenai budidaya umbi
porang, dan demplot percontohan agroforestry umbi porang.
“Kami memberikan pelatihan kepada masyarakat berkaitan dengan umbi
porang secara umum, teknik penanaman, perawatan, dan pascapanen umbi
porang untuk dijadikan komoditi ekspor yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Selanjutnya pembuatan demplot percontohan agroforestry umbi
porang dengan luas 200 meter persegi dimaksudkan sebagai media
percontohan sekaligus promosi kepada masyarakat sekitar area demplot
tentang tanaman umbi porang,” ungkap Juanda.
Setelah panen, umbi ini akan diterima distributor yang berada di Desa
Klangon, Saradan Jawa Timur. Distributor di Desa Klangon tersebut akan
mengumpulkan porang yang telah dijadikan chips (keripik) dan
kemudian dikirim ke pabrik pengolahan tepung porang di Mojokerto yang
kemudian diekspor ke China, Korea, dan Jepang.
Saat ini, harga umbi porang basah atau baru petik dijual dengan harga Rp2.500 per kilogram. Sementara umbi porang kering atau chips
porang bisa menembus harga Rp20 ribu per kilogram. Apalagi jika umbi
porang telah diubah berbentuk tepung, harga jualnya bisa jauh lebih
mahal. Sayangnya, kemampuan masyarakat Desa Hegarmanah belum sampai ke
sana sehingga teknologi pembuatan tepung masih dikuasai pabrik besar.
"Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di
Desa Hegarmanah. Diperkirakan, 80 orang mendapatkan dampak dari
kegiatan ini dengan nilai pendapatan sekira Rp100 juta per tahun,"
imbuhnya.
(mrg)
Laba Tinggi, Budidaya Porang Belum Diminati
Kamis, 28/02/2013 | 09:55 WIB
Kamis, 28/02/2013 | 09:55 WIB
Permintaan porang relatif tinggi, terutama untuk industri kecantikan
dan kesehatan, karena kandungan zat Glucomanan di dalamnya. Sayangnya,
hingga kini budidayanya belum terlalu diminati.
Tanaman porang
(amorphopallus oncophillus) merupakan tanaman yang hidup di hutan
tropis. Tanaman yang bisa juga ditanam di dataran rendah tersebut mudah
hidup di antara tegakan pohon hutan seperti misalnya Jati dan Pohon
Sono. Porang di daerah Jawa dikenal dengan nama suweg. Termasuk tumbuhan
semak (herba) yang memiliki tinggi 100 – 150 cm dengan umbi yang berada
di dalam tanah. Batang tegak, lunak, batang halus berwarna hijau atau
hitam belang-belang (totol-totol) putih. Batang tunggal memecah menjadi
tiga batang sekunder dan akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai
daun.
Pada setiap pertemuan batang akan tumbuh bintil/ katak
berwarna coklat kehitam-hitaman sebagai alat perkembangbiakan tanaman
Porang. Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 meter sangat tergantung umur
dan kesuburan tanah. Umbi inilah yang akan dipungut hasilnya karena
memiliki zat glucomanan.
Tanaman tersebut kini mempunyai
prospek yang menjanjikan karena memiliki nilai ekonomi yang bisa
dibudidayakan. Selain itu, Porang banyak sekali terutama untuk industri
dan kesehatan, hal ini terutama karena kandungan zat Glucomanan yang ada
di dalamnya. Beberapa manfaat umbi porang yang lainnya antara lain:
Bahan lem, Mie, Tahu, Felem, Perekat tablet, Pembungkus kapsul hingga
Penguat kertas
Perkembangbiakan tanaman Porang dapat dilakukan dengan
cara generatif maupun vegetatif. Secara umum perkembangbiakan tanaman
Porang dapat dilakukan melalui berbagai cara.
Perkembangbiakan
dengan Katak (buah di atas daun) misalnya Dalam 1 kg Katak berisi
sekitar 100 butir katak. Katak ini pada masa panen dikumpulkan kemudian
disimpan sehingga bila memasuki musim hujan bisa langsung ditanam pada
lahan yang telah disiapkan.
Ada juga perkembangbiakan dengan
Biji/Buah. Tanaman Porang pada setiap kurun waktu empat tahun akan
menghasilkan bunga yang kemudian menjadi buah atau biji. Dalam satu
tongkol buah bisa menghasilkan biji sampai 250 butir yang dapat
digunakan sebagai bibit Porang dengan cara disemaikan terlebih dahulu.
Terakhir,
perkembangbiakan dengan Umbi. Dengan umbi yang kecil, ini diperoleh
dari hasil pengurangan tanaman yang sudah terlalu rapat sehingga perlu
untuk dikurangi. Hasil pengurangan ini dikumpulkan yang selanjutnya
dimanfaatkan sebagai bibit.
Dengan umbi yang besar, ini
dilakukan dengan cara umbi yang besar tersebut dipecah-pecah sesuai
dengan selera selanjutnya ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
Syarat Tumbuh
Tanaman
Porang pada umumnya dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja, namun
demikian agar usaha budidaya tanaman Porang dapat berhasil dengan baik
perlu diketahui hal-hal yang merupakan syarat-syarat tumbuh tanaman
Porang, terutama yang menyangkut iklim dan keadaan tanahnya.
Tanaman
Porang mempunyai sifat khusus yaitu mempunyai toleransi yang sangat
tinggi terhadap naungan atau tempat teduh (tahan tempat teduh). Tanaman
Porang membutuhkan cahaya maksimum hanya sampai 40%. Tanaman Porang
dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 700 M dpl. Namun yang paling bagus pada
daerah yang mempunyai ketinggian 100 – 600 M dpl.
Untuk hasil
yang baik, tanaman Porang menghendaki tanah yang gembur/ subur serta
tidak becek (tergenang air). Derajat keasaman tanah yang ideal adalah
antara PH 6 – 7 serta pada kondisi jenis tanah apa saja.
Naungan
yang ideal untuk tanaman Porang adalah jenis Jati, Mahoni Sono, dan
lain-lain, yang pokok ada naungan serta terhindar dari kebakaran.
Tingkat kerapatan naungan minimal 40% sehingga semakin rapat semakin
baik.
Untuk masa panen, tanaman porang dapat dilakukan setelah
berumur 3 tahun (3 kali pertumbuhan). Dan untuk harga saat ini sekitar
Rp. 800,-/kg dalam keadaan basah. Sementara apabila dijual dalam bentuk
irisan keripik yang kering dapat dijual dengan harga Rp.9.000,-/Kg.
Apabila kita mampu menjualnya langsung ke pihak investor dari pihak
asing kita akan dihargai sekitar USD 18/Kg. Dalam setiap pohon dapat
memanen hasil sebanyak 2 Kg umbi, dan dalam setiap hektarnya dapat
diperoleh 12 ton atau sekitar 1,5 ton kering.ins
Simbiosis Mutualisme Ala Porang
Menurut
istilah, simbiosis mutualisme adalah hubungan dua pihak atau lebih yang
saling menguntungkan. Inilah gambaran budidaya porang.
Hutan
rakyat atau lahan perorangan yang ditanami dengan tanaman keras,
biasanya memang ditanam dengan tujuan akan dipanen kayunya, seperti
jati, sengon, mahoni dan sebagainya. Perawatan yang diberikan kepada
tanaman ini minim sekali, paling banter adalah menimbun pupuk di pangkal
pohon jati, atau mencangkul tanah di sekitar pohon untuk ditimbunkan di
pangkal pohonnya. Karena untuk melakukan hal-hal tersebut, pasti
diperlukan usaha khusus, seringkali tanaman dibiarkan begitu saja tanpa
perawatan, hingga waktunya dipanen.
Budidaya porang memerlukan
tanaman keras sebagai tegakan yang melindungi porang dari sinar
matahari langsung. Sebenarnya, kerapatan pohon atau keteduhan daun lahan
yang akan ditanami tidak harus terlalu rapat dan keteduhan yang
diberikanpun hanya minimal sekali, yang penting, pada saat matahari
terik bersinar di tengah hari, daun porang bisa terlindung dari
sinarnya. Karena jika tidak, daun akan layu dan tanaman tidak akan
tumbuh optimal, bahkan mati.
Porang yang dibudidayakan di
hutan rakyat atau lahan perorangan, disarankan untuk ditanam dalam
galian dengan ukuran tertentu, diberikan pupuk – terutama pupuk kandang
dengan komposisi tertentu dan diperlukan sesekali penyiangan terhadap
rumput gulma.
Tanah yang digali untuk ditanami, menyebabkan tanah
kaya oksigen dan membuatnya menjadi gembur. Pupuk yang diberikan untuk
porang, secara tidak sengaja – sebagian akan ikut terserap oleh
perakaran tanaman tegakan, sehingga baik porang maupun tanaman
tegakannya akan memperoleh manfaat dari pupuk tersebut. Penyiangan
rumput di sekitar tanaman porang tentu saja akan menghilangkan gangguan –
mengurangi perebutan unsur hara antara tanaman utama dengan penganggu.
Jadilah, pola penanaman tumpangsari porang di bawah tanaman tegakan akan
bekerja simbiosis mutualisme antara pemilik lahan dengan petani porang,
layaknya kerbau dengan burung jalak.
Di Bawah Jati
Tanaman
kayu pohon Jati di panen dalam waktu yang lama yaitu lebih dari 15
tahun.Perum Perhutani memberi peluang kepada masyarakat untuk menanam
tanaman sela “Porang “ diantara tegakan kayu karena ada simbiose yang
saling menguntungkan bagi tanaman.
Tanaman Porang memerlukan
keteduhan dibawah pepohonan, sedangkan pohon Jati akan berkembang lebih
baik karena adanya tanaman dibawahnya yang di pupuk dan di bumbun
sehingga memudahkan proses penyerapan unsur hara bagi pohon Jati.
Pada
tahun 2007 petani porang di desa hutan Jati Plangon, Madiun berhasil
mengumpulkan sampai 5.300 ton glondong basah dari kawasan hutan jati di
sekitar permukiman mereka.
Produksi porang masih sekitar 3-5
ton/Ha umbi basah. Ada 5 industri yang mengolah porang menjadi chip atau
keripik porang dan tepung porang. Diantaranya CV. Agro Alam Raya, PT
ALGALINDO, PT AMBIKO dll. Kebutuhan ke- 5 industri porang tsb
diperkirakan sekitar 4.400 ton chip/tahun.
Potensi porang
dalam bentuk umbi yang dihasilkan oleh hutan-2 di Jawa Timur baru
sekitar 3.000 – 5.000 ton umbi basah dan dengan rendemen 20%, maka
produksi chip masih sekitar 600 Kg – 1.000 ton chip. Sedang kebutuhan
industry sedemikian besar. Oleh sebab itu perluasan tanaman porang
sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan industry sekitar 3.400 ton
chip.
Harga umbi saat ini (2009) di hutan- hutan Jawa Timur
mencapai Rp. 2.900/Kg. Sedang harga chip sudah Rp. 19.000/kg. Sehingga
prospek pengembangan budi daya porang di Jawa Timur sangat
menjanjikan.ins
ANALISA FINANSIAL USAHA
1. Biaya yang dibutuhkan :
Persiapan lahan per Ha untuk jumlah bibit 2.000 biji sebesar Rp. 500.000,-
2. Biaya bibit : 2.000 biji Rp. 500,- =Rp. 1.000.000,-/Ha
3. Biaya penanaman : Rp. 500.000,-/Ha
4. Biaya pemeliharaan dan pemupukan selama 3 tahun
a. Tahun ke 1 Rp. 400.000,-/Ha
b. Tahun ke 2 Rp. 300.000,-/Ha
c. Tahun ke 3,dst. Rp. 300.000,-/Ha
d. Total biaya penanaman, pemeliharaan dan pemupukan sampai tahun ke-3 sebesar Rp. 1.000.000,-/Ha
5. Total biaya penanaman,pemeliharaan dan pemupukan sampai tahun ke-3 sebesar Rp. 3.000.000,-/Ha
6. Hasil panen pada tahun ke 4 :
a. Setiap hektar dapat menghasilkan rata-rata 10 ton/tahun
b. Harga 1 kg porang basah rata-rata Rp. 600,-/kg atau Rp. 600.000,-/ton
c. Harga hasil panen per hektar setiap tahun :
Rp. 600.000,-/ton10 ton = Rp. 6000.000,-/Ha/tahun
7. Panen porang sekali ditanam hasilnya bisa diambil sampai tanaman hutan pokoknya ditebang ( misalnya jati = 60 tahun).
8. Keuntungan pada tahun ke-4 ( pertama panen) = Rp. 6.000,-/Ha/th- Rp. 3.000.000,- = RP. 3.000.000,-
9. Keuntungan pada tahun ke-5 = hasil panen- biaya pemeliharaan/tahun= Rp. 6000.000,- - Rp. 300.000,- = Rp. 5.700.000,-/Ha
10.
Hasil panen rata-rata/tahun pada tahun ke-4 senilai Rp. 2.000.000,-
sehingga pada tahun ke-2 ( rata-rata 1,5 tahun) modal sudah bisa
kembali.
Porang
Tanaman
Porang adalah tanaman daerah tropis yang termasuk family iles-iles.
Tanaman ini mempunyai umbi yang kandungan Glucomanannya cukup tinggi.
Tanaman Porang merupakan tumbuhan herba dan menchun. Mempunyai batang
tegak, lunak, batang halus berwarna hijau atau hitam belang-belang
(totol-totol) putih. Batang tunggal memecah menjadi tiga batang sekunder
dan akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai daun. Pada setiap
pertemuan batang akan tumbuh bintil/katak berwarna coklat
kehitam-hitaman sebagai alat perkembangbiakan tanaman Porang. Tinggi
tanaman dapat mencapai 1,5 meter sangat tergantung umur dan kesuburan
tanah. Di Indonesia tanaman Porang dikenal dengan banyak nama tergantung
pada daerah asalnya. Misalnya disebut acung atau acoan oray (Sunda),
Kajrong (Nganjuk) dan lain-lain. Banyak jenis tanaman yang sangat
mirip dengan Porang yaitu diantaranya: Suweg, Iles-iles dan Walur.
Perbedaan Porang dengan Suweg antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Keduanya memiliki daun yang 100% sama. Bentuk menjari, pangkal daun 3,
kadang daun berwarna hijau cenderung gelap, kadang juga hijau cerah.
Tetapi daun porang masih bisa kita kenali dengan melihat titik pangkal
daunnya, pada tempat itu akan terlihat bulatan kecil berwarna hija cerah
hingga coklat sebagai bakal tumbuhnya bulbil, titik tersebut mulai
terlihat sejak tanaman berusia kurang lebih 2 bulan. Titik bulbil
tersebut sangat kentara, jadi tidak perlu khawatir salah. Lebih jelas
lagi pada tanaman dengan usia lebih dari satu tahun, karena titik
pertumbuhan bulbil lebih banyak lagi, pada pangkal daun yang bercabang
menyebar di banyak tempat.2. Keduanya memiliki batang yang sama, berwarna hijau cerah dengan totol-totol putih. Tapi tunggu dulu, cobalah meraba batang tersebut dengan seksama. Tidak akan terlalu lama untuk memastikan bahwa salah satunya bertekstur kasar, sedang yang lainnya halus mulus. Batang yang halus inilah yang merupakan batang tanaman Porang, tidak akan salah.
3. Ketika umbi sudah dipanen, lihatlah kondisi fisik luarnya. Jika umbi memiliki titik-titik percabangan umbi, seperti terlihat berupa benjolan ke samping, maka pastilah itu umbi suweg, karena umbi porang berupa umbi tunggal. Lalu irislah sedikit umbinya, semakin terlihat dengan jelas perbedaan umbinya. Karena umbi suweg berwarna putih kadang cenderung berwarna ungu atau merah jambu, sedangkan umbi porang kuning cerah (ingat bendera partai Golkar? tidak akan salah lagi, warnanya seperti itu). Tetapi akan ada sedikit masalah jika anda menemui umbi berwarna kuning cerah, tetapi ada benjolan titik tumbuh, di beberapa daerah menamai umbi semacam itu dengan nama walur, dan bisa dipastikan itu bukan porang, karena serat umbinya kasar, sedangkan porang serat umbinya halus nyaris tak terlihat, hanya berupa titik-titik saja.
B. MORFOLOGI PORANG
1. Daun
Porang mempunyai bentuk daun menjari, pangkal daun 3, kadang daun berwarna hijau cenderung gelap, kadang juga hijau cerah. Daun porang mempunyai titik pangkal daun, pada tempat itu akan terlihat bulatan kecil berwarna hijau cerah hingga coklat sebagai bakal tumbuhnya bulbil, titik tersebut mulai terlihat sejak tanaman berusia kurang lebih 2 bulan. Titik bulbil tersebut sangat kentara, jadi tidak perlu khawatir salah. Lebih jelas lagi pada tanaman dengan usia lebih dari satu tahun, karena titik pertumbuhan bulbil lebih banyak lagi, pada pangkal daun yang bercabang menyebar di banyak tempat.
2. Batang
Batang tanaman Porang terdapat bercak-bercak putih - hijau. Secara visual memang tidak terlalu berbeda dengan Suweg / Iles-iles Putih/ Walur (hanya saja kalau suweg kadang cenderung bercak gelap). Jika diraba baru terasa kalau kulit batang suweg terasa kasar.
3. Umbi
Kira-kira mulai usia tanaman 2 bulan, porang mulai mengeluarkan bulbil, yaitu umbi generatif yang tumbuh pada pangkal daun. Ditandai dengan bintik gelap pada pangkal daun. Jumlah bulbil tergantung ruas percabangan daun.Besarnya bulbil mulai seujung pensil sampai sekepalan tangan anak kecil. Bulbil berwarna coklat gelap. Umbi porang merupakan umbi tunggal, tidak ada titik tumbuh selain di bekas tumbuhnya batang. Daging umbi berwarna kuning cerah, dan seratnya halus. Getah porang menimbulkan rasa gatal di kulit.
C. SYARAT TUMBUH
Tanaman Porang pada umumnya dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja, namun demikian agar usaha budidaya tanaman Porang dapat berhasil dengan baik perlu diketahui hal-hal yang merupakan syarat-syarat tumbuh tanaman Porang, terutama yang menyangkut iklim dan keadaan tanahnya. Syarat tumbuh tanaman Porang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Keadaan Iklim
Tanaman Porang mempunyai sifat khusus yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat teduh (tahan tempat teduh). Tanaman Porang membutuhkan cahaya maksimum hanya sampai 40%. Tanaman Porang dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 700 M dpl. Namun yang paling bagus pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 - 600 M dpl.
2. Keadaan Tanah
Untuk hasil yang baik, tanaman Porang menghendaki tanah yang gembur/subur serta tidak becek (tergenang air). Derajat keasaman tanah yang ideal adalah antara PH 6 - 7 serta pada kondisi jenis tanah apa saja. Tanah yang digali untuk ditanami, menyebabkan tanah kaya oksigen dan membuatnya menjadi gembur. Pupuk yang diberikan untuk porang, secara tidak sengaja – sebagian akan ikut terserap oleh perakaran tanaman tegakan, sehingga baik porang maupun tanaman tegakannya akan memperoleh manfaat dari pupuk tersebut. Penyiangan rumput di sekitar tanaman porang tentu saja akan menghilangkan gangguan – mengurangi perebutan unsur hara antara tanaman utama dengan penganggu. Jadilah, pola penanaman tumpangsari porang di bawah tanaman tegakan akan bekerja simbiosis mutualisme antara pemilik lahan dengan petani porang, layaknya kerbau dengan burung jalak. Porang yang dibudidayakan di hutan rakyat atau lahan perorangan, disarankan untuk ditanam dalam galian dengan ukuran tertentu, diberikan pupuk – terutama pupuk kandang dengan komposisi tertentu dan diperlukan sesekali penyiangan terhadap rumput gulma.
3. Kondisi Lingkungan
Budidaya porang memerlukan tanaman keras sebagai tegakan yang melindungi porang dari sinar matahari langsung. Sebenarnya, kerapatan pohon atau keteduhan daun lahan yang akan ditanami tidak harus terlalu rapat dan keteduhan yang diberikanpun hanya minimal sekali, yang penting, pada saat matahari terik bersinar di tengah hari, daun porang bisa terlindung dari sinarnya. Karena jika tidak, daun akan layu dan tanaman tidak akan tumbuh optimal, bahkan mati. Naungan yang ideal untuk tanaman Porang adalah jenis Jati, Mahoni Sono, dan lain-lain, yang pokok ada naungan serta terhindar dari kebakaran. Tingkat kerapatan naungan minimal 40% sehingga semakin rapat semakin baik.
E. KANDUNGAN PORANG
Umbi porang atau suku jawa menyebutnya : iles-iles, walaupun istilah ini tidak tepat, mengandung bahan/senyawa yang mahal harganya yaitu: Glucomannan. Glukomannan adalah polisakarida hidrokoloid yang terdiri dari residu D-glucose dan D-mannose. Membeli porang/konjac sama dengan membeli viskositas. Mutu Porang/Konjac Indonesia yang dicari adalah: > 60.000 cps. Jepang, taiwan, Hongkong, USA memerlukan porang sebagai makanan kesehatan. Karena sebagai polisakarida, atau bahasa orang AWAM (PATI). glukomannan ini mengandung rendah kalori yakni: sekitar 3 Kkal/100 g bahan.
F. Manfaat Porang
Manfaat Porang banyak sekali terutama untuk industri dan kesehatan, hal ini terutama karena kandungan zat Glucomanan yang ada di dalamnya. Adapun manfaat unbi Porang adalah sebagai berikut:
1. Bahan lem
2. Jeli
3. Mie
4. Conyaku/tahu
5. Felem
6. Perekat tablet
7. Pembungkus kapsul
8. Penguat kertas
G. Pemasaran
Pasar umbi Porang mencakup pasar luar negeri dan dalam negeri.
1. Untuk pangsa pasar dalam negeri; umbi Porang digunakan sebagai bahan mie yang dipasarkan di swalayan, serta untuk memenuhi kebutuhan pabrik kosmetik sebagai bahan dasar.
2. Untuk pangsa pasar luar negeri; masih sangat terbuka yaitu terutama untuk tujuan Jepang, Taiwan, Korea dan beberapa negara Eropa.
Porang atau Iles-iles berbeda dengan SUWEG
Porang atau Iles-iles |
Kerajaan:
|
Plantae
|
(tidak termasuk)
|
Monocots
|
Ordo:
|
Alismatales
|
Famili:
|
Araceae
|
Genus:
|
Amorphophallus
|
Spesies:
|
A. muelleri
|
Porang, dikenal juga dengan naman Iles-Iles (Amorphophallus
Onchophyllus) dan di daerah Jawa dikenal dengan nama suweg. Merupakan tumbuhan
semak (herba) yang memiliki tinggi 100 – 150 cm dengan umbi yang berada di
dalam tanah. Batang tegak, lunak, batang halus berwarna hijau atau hitam
belang-belang (totol-totol) putih.
Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 meter sangat tergantung
umur dan kesuburan tanah. Untuk mencapai produksi umbi yang tinggi diperlukan
naungan 50-60%.
Tanaman porang itu sendiri dapat dipanen setelah berumur 3
tahun (3 kali pertumbuhan). Dalam setiap pohon dapat memanen hasil sebanyak 2
Kg umbi, dan dalam setiap hektarnya dapat diperoleh 12 ton atau sekitar 1,5 ton
kering.
Panen Iles-iles |
Umbi inilah yang akan dipungut hasilnya karena memiliki kandungan
glukomannan (tepung umbinya).
Tumbuhan ini hidup di bawah naungan dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan
makanan alternatif di musim paceklik.
Kripik Iles-iles |
Bahan makanan yang berasal dari porang atau iles-iles ini
banyak disukai oleh masyarakat Jepang berupa mie atau konyaku
Konyaku |
Tepung suweg dapat dipakai sebagai pangan fungsional yang
bermanfaat untuk menekan peningkatkan kadar glukosa darah
sekaligus mengurangi kadar kolesterol serum darah yaitu makanan
yang memiliki indeks glikemik rendah dan memiliki sifat fungsional hipoglikemik dan hipokolesterolemik.
Suweg sebagai serat pangan dalam jumlah tinggi akan memberi
pertahanan pada manusia
terhadap timbulnya berbagai penyakit seperti kanker usus besar,
divertikular, kardiovaskular, kegemukan, kolesterol
tinggi dalam darah dan kencing manis
Sumber:
http://infoguano.blogspot.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Iles-iles
http://www.tripmondo.com
http://homepage1.nifty.com/oomaguro/inakagurasi0610.htm
hphajatim.blogspot.com
indonetwork.co.id
Didah Nur Faridah,dkk.Pangan Fungsional Dari Umbi Suweg dan Garut: Kajian Daya Hipokolesterolemik Dan Indeks Glisemiknya. 2007. Bogor.Dept. IPT - FATETA, SEAFAST CENTER IPB.
Minggu, 11 Agustus 2013
MUDIK LEBARAN DI BANGLADESH LEBIH PARAH DARI PADA DI INDONESIA
Mudik adalah kegiatan perantau pekerja untuk kembali ke kampung halamannya dengan tujuan untuk berkumpul bersama keluarga dan silaturahmi. Mungkin kita sudah terbiasa dengan kegiatan mudik di negara kita, macet, panas, bahkan sampai kecelakaan kerap menyertai tradisi mudik tahunan di indonesia. Tradisi mudik ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia. Negara dengan mayoritas penduduk muslim seperti Bangladesh, juga mempunyai tradisi mudik saat harai raya Idul Fitri. Bagaimana situasi saat mereka mudik?, berikut ini foto-fotonya.
Berbanding dengan keadaan di Indonesia yang saat ini sudah semakin lebih baik dibanding tahun-tahun yang lalu terutama dalam angkutan massal menghadapi arus mudik lebaran dan patut diacungi jempol untuk kinerja PT. Kereta Api Indonesia yang saat ini semakin menunjukkan pelayanannya yang prima terhadap pelanggan yang menggunakan jasa kereta api tidak ada pemudik yang diperkenankan menaiki kereta api tanpa memiliki tiket dengan tempat duduk yang terdaftar dan tidak ada penjualan tiket tanpa tempat duduk serta dari segi pengamanan dan keselamatan serta kenyamanan pemudik sudah dapat dipenuhi untuk tahun mudik tahun 2013 ini seperti terlihat dalam foto0foto dibawah ini
Berbanding dengan keadaan di Indonesia yang saat ini sudah semakin lebih baik dibanding tahun-tahun yang lalu terutama dalam angkutan massal menghadapi arus mudik lebaran dan patut diacungi jempol untuk kinerja PT. Kereta Api Indonesia yang saat ini semakin menunjukkan pelayanannya yang prima terhadap pelanggan yang menggunakan jasa kereta api tidak ada pemudik yang diperkenankan menaiki kereta api tanpa memiliki tiket dengan tempat duduk yang terdaftar dan tidak ada penjualan tiket tanpa tempat duduk serta dari segi pengamanan dan keselamatan serta kenyamanan pemudik sudah dapat dipenuhi untuk tahun mudik tahun 2013 ini seperti terlihat dalam foto0foto dibawah ini
Langganan:
Postingan (Atom)