Poligami di Arab Saudi menjadi jalan pintas bagi banyak perempuan ingin menghindari dicap sebagai perawan tua.
"Lelaki Saudi banyak bepergian dan tinggal di luar negeri dalam waktu lama. Ini membuat mereka tidak banyak memikirkan pernikahan," kata Profesor Sosiologi Ibrahim al-Anzi kepada surat kabar Al-Sharq, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Kamis (27/9). Tinggal di negera Barat, kata dia, juga mendorong kaum lelaki Saudi mempraktikkan kebiasaan hidup jauh dari budaya Arab. Hal ini membuat mereka tidak memikirkan soal membangun rumah tangga.
Di Saudi, ketika seorang gadis berusia 30 tahun dia sudah dianggap perawan tua. Saat itulah dia mau menikahi lelaki kurang perhatian ketimbang tidak menikah sama sekali. Menurut Anzi, poligami tidak hanya memecahkan masalah cap perawan tua tapi juga mencegah hubungan di luar nikah.
Fatima Ibrahim termasuk yang menolak poligami. Alasannya, pria tidak bisa berlaku adil terhadap istri-istrinya. "Sebagian lelaki menikah lagi dan melupakan istri sebelumnya, berhenti memberi nafkah, dan tidak merawat anak-anaknya," ujarnya.
Namun Nuha Ahmad tidak setuju. Menurut dia, lelaki berhak berpoligami. "Saya akan bertanya kepada suami saya kenapa dia akan menikah lagi dan saya akan memilihkan istri keduanya. Bahkan menemani dia melamar."
Jika keinginan menikah lagi ditolak, kata Fatima al-Ahmari, cekcok bisa muncul sehingga kehidupan rumah tangga berantakan. "Lalu dia tetap akan menikah lagi. Ini alasan perempuan seharusnya tak keberatan dipoligami."
Menurut Omm Rakan, biasa menjadi mak comblang, pria beristri akan lebih memilih perawan. Kalau saja terpaksa menikahi janda, dicari yang belum beranak. Sebaliknya, janda menolak menikahi suami orang. "Kebanyakan lelaki sekarang lebih memilih mencari uang atau rumah bagus ketimbang mencari istri cocok," katanya.
Bagi penyokong poligami, berbagi suami dengan perempuan lain adalah bentuk kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar